Idul Fitri
Minggu lalu, umat islam dibeberapa belahan bumi mengadakan suatu peristiwa yang lazim disebut “Idul Fitri”. Umat islam kembali kepada agama yang benar, kembali kepada kesucian serta kembali kepada asal kejadian. Kembali kepada agama yang benar artinya Umat Islam kembali menemukan kebenaran janji beragama yang manusia ikrarnya semenenjak berada dialam rahim. Kembali kepada kesucian dan asal kejadian artinya umat islam pada hari raya idul fitri diumpamakan sebagai bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Rasullah bersabda……
Yang artinya…
Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan ridha dari Allah SWT, maka Allah akan menampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Tidak mudah untuk memahami makna Idul Fitri, kecuali bila kita resapi secara mendalam. Ini dapat dipahami bahkan dirasakan maknanya pada saat kita termenung seorang diri. Ketika fikiran mulai tenang, kesibukan hidup dan haru hati mulai teratasi, akan terdengar suara nurani yang mengajak kita untuk berdialog, mendekat bahkan menyatu dengan wujud Yang Maha Mutlak, yang mengantarkan kita untuk mnyadari betapa lemahnya manusia di hadapan Allah, dan betapa kuasa dan perkasa dia yang Maha Agung itu. Suara yang kita dengar itu adalah : Suara fitrah manusia, suara kesucian. Setiap orang memiliki fitrah itu yang terbawa dari sejak lahir. Suara yang dikumandangkan pada Idul Fitri yaitu Allahu Akbar (3kali). Sehingga bila kalimat itu benar-benar tertancap dalam jiwa, maka akan hilang segala ketergantungan kepada unsur-unsur lain kecuali kepada Allah semata. Tiada tempat bergatung, tiada tempat menitipkan harapan, tiada tempat mengadukan asa dan juga tiada tempat mengabdi kecuali Dia Allah SWT.
Lebaran adalah khas umat islam Indonesia. Lebaran adalah contoh manis tentang bagaimana istilah-istilah islam diterjemahkan secara baik dan kreatif ke dalam budaya Indonesia. Gemuruh takbir terdengar dimana-mana, tetapi takbir di negara kita sangat unik yaitu irama beduk bertalun dengan tempo lambat menyayat hati. Pada hari raya idul fitri membuka batin dan memberi ruang maaf kepada sesama, karena manusia itu lemah, kita tampa sadar merasa modern dengan kehilangan rasa kemanusian kita. Kita kehilangan rasa kasih sayang, bahkan semua emosi kita yang manusiawi. Sebagai gantinya kita mengembangkan sikap yang kasar, mementingkan diri sendiri dan agresif. Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk mengingat itu semua dan berjanji setidaknya pada diri kita sendiri untuk hidup lebih baik dari bulan-bulan sebelum ramadhan.
Minggu lalu, umat islam dibeberapa belahan bumi mengadakan suatu peristiwa yang lazim disebut “Idul Fitri”. Umat islam kembali kepada agama yang benar, kembali kepada kesucian serta kembali kepada asal kejadian. Kembali kepada agama yang benar artinya Umat Islam kembali menemukan kebenaran janji beragama yang manusia ikrarnya semenenjak berada dialam rahim. Kembali kepada kesucian dan asal kejadian artinya umat islam pada hari raya idul fitri diumpamakan sebagai bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Rasullah bersabda……
Yang artinya…
Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan ridha dari Allah SWT, maka Allah akan menampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Tidak mudah untuk memahami makna Idul Fitri, kecuali bila kita resapi secara mendalam. Ini dapat dipahami bahkan dirasakan maknanya pada saat kita termenung seorang diri. Ketika fikiran mulai tenang, kesibukan hidup dan haru hati mulai teratasi, akan terdengar suara nurani yang mengajak kita untuk berdialog, mendekat bahkan menyatu dengan wujud Yang Maha Mutlak, yang mengantarkan kita untuk mnyadari betapa lemahnya manusia di hadapan Allah, dan betapa kuasa dan perkasa dia yang Maha Agung itu. Suara yang kita dengar itu adalah : Suara fitrah manusia, suara kesucian. Setiap orang memiliki fitrah itu yang terbawa dari sejak lahir. Suara yang dikumandangkan pada Idul Fitri yaitu Allahu Akbar (3kali). Sehingga bila kalimat itu benar-benar tertancap dalam jiwa, maka akan hilang segala ketergantungan kepada unsur-unsur lain kecuali kepada Allah semata. Tiada tempat bergatung, tiada tempat menitipkan harapan, tiada tempat mengadukan asa dan juga tiada tempat mengabdi kecuali Dia Allah SWT.
Lebaran adalah khas umat islam Indonesia. Lebaran adalah contoh manis tentang bagaimana istilah-istilah islam diterjemahkan secara baik dan kreatif ke dalam budaya Indonesia. Gemuruh takbir terdengar dimana-mana, tetapi takbir di negara kita sangat unik yaitu irama beduk bertalun dengan tempo lambat menyayat hati. Pada hari raya idul fitri membuka batin dan memberi ruang maaf kepada sesama, karena manusia itu lemah, kita tampa sadar merasa modern dengan kehilangan rasa kemanusian kita. Kita kehilangan rasa kasih sayang, bahkan semua emosi kita yang manusiawi. Sebagai gantinya kita mengembangkan sikap yang kasar, mementingkan diri sendiri dan agresif. Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk mengingat itu semua dan berjanji setidaknya pada diri kita sendiri untuk hidup lebih baik dari bulan-bulan sebelum ramadhan.